Test

terima kasih telah mengunjungi blog saya

Selasa, 01 Juni 2010

Gawat, Volume Lumpur di Atas 12 Juta Meter Kubik

Lumpur yang keluar dari pusat semburan lumpur Lapindo hampir diprediksi lebih dari 12 juta meter kubik selama 4 tahun. Volume Lumpur sebanyak itu saat ini masih ditampung di kolam penampungan lumpur (pond).

Melihat dari banyaknya muntahan lumpur dari perut bumi menjadi pernyataan besar, seberapa besar rongga di perut bumi?. Sejauh ini, para ahli belum bisa mendeteksi persisnya seberapa besar rongga di perut bumi itu.

“Para ahli sejauh ini belum bisa mendeteksi rongga di perut bumi di sekitar Lumpur. Apakah bentuknya seperti mangkuk atau panjang seperti sungai,” ujar Kepala Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Akhmad Zulkarnain, Selasa (4/5/2010).

Zulkarnain menambahkan, volume lumpur sebanyak 12 meter kubik itu bisa lebih. Pasalnya, selama ini lumpur juga dibuang ke Sungai Porong. Selain itu, pihaknya juga tidak bisa mengukur kedalaman cekungan di dalam pond dekat pusat semburan. Sedangkan setiap hari, material yang keluar antara 75 sampai 100 ribu meter kubik.

“Angka 12 meter kubik itu kalau kita menghitung luas dan ketinggian tanggul. Luas pond saat ini 620 hektar sedangkan kedalaman lumpur 9 meter dari elevasi (ketinggian,red) tanggul lumpur 10,5 meter,” papar Zulkarnain.

Pria yang akrab disapa Izul itu menambahkan, di dalam pond terjadi penurunan tanah sehingga membentuk cekungan. Cekungan itulah yang tidak bisa diukur oleh BPLS, karena berada di dalam pond.

Meski sejauh ini belum ada ahli yang bisa memastikan seberapa besar rongga di perut bumi, namun saat penanganan Lumpur ditangani oleh Lapindo Brantas Inc, pernah dilakukan penelitian untuk melihat kondisi di bawah tanah dengan memasang alat pantau sesmograf di beberapa titik.

“Alat pantau itu dipasang di empat titik, barat, timur utara, dan selatan pusat semburan. Namun hasilnya tidak maksimal karena sering terjadi noise (suara),” urainya.

Hasil dari pantauan itu, ada patahan di sekitar pusat semburan. Dari arah selatan ke utara berupa patahan miring atau bisa disebut patahan watu kosek. Sedangkan patahan dari arah timur barat patahan turun. Dari timur ke utara dan barat patahan geser.

Sehingga kawasan yang rawan terjadi penurunan tanah berada di sebelah barat dan timur pusat semburan. Sedangkan posisi utara dan selatan pusat semburan kontur tanahnya malah naik.

“Kecenderungan penurunan tanah itu terjadi di sebelah barat pusat semburan. Dan, kondisi saat ini memang demikian. Sebelah utara dan selatan pusat semburan relatif tinggi dibandingkan barat semburan,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar