ndonesia pernah memiliki sejarah kelam dalam perjalanannya. Pertumpahan darah dan tangis air mata pernah menghiasi detik-detik berakhirnya sebuah rezim. Peristiwa itu dikenal dengan nama sebagai Tragedi Trisaksi atau Tragedi 12 Mei ?98.
Sedikit menoleh ke belakang, kala itu suasana Ibu Kota sangat mencekam. Krisis ekonomi yang membuat kondisi rakyat semakin susah, membuat para mahasiswa dari Universitas Trisakti turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi dan sederet tuntutan lainnya.
Langkah mahasiswa itu disambut baik masyarakat, namun tidak dengan aparat. Teriakan mahasiswa dibalas dengan hujan timah panas dan peluru karet. Tindakan represif itu menghilangkan nyawa empat pemuda yakni Elang Mulya Lesmana, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, dan Heri Hartanto.
Tewasnya keempat pahlawan reformis itu berdampak kepada amuk massa. Pembakaran toko, penjarahan barang, dan tindakan kekerasan terhadap etnis tertentu mewarnai sejarah memilukan ini. Ratusan orang dikabarkan tewas.
Tak ayal, Peristiwa ini membuat Indonesia menjadi sorotan dunia. Terlebih, tragedi ini berujung pada lengsernya Soeharto yang sudah menjabat presiden selama 32 tahun digantikan wakilnya BJ Habibie.
11 tahun sudah tragedi ini terjadi. Setiap tahun, 12 Mei selalu diwarnai dengan peringatan demonstrasi mahasiswa, aksi tabur bunga, dan berdiskusi dalam acara seminar. Namun, Tragedi Trisakti masih meninggalkan luka bagi keluarga korban. Pelaku di balik layar dan pihak yang harus bertanggung jawab belum dapat diungkap. Terlebih DPR menyatakan bahwa Tragedi ini bukan merupakan pelanggaran HAM berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar